Nilai-nilai Pendidikan Multikultural
Nilai intidari pendidikan multikultural adalah
hakikat dari pendidikan multikultural, di mana hakikat dari pendidikan
multikultural mencoba melintasi batas-batas primodial manusia. Batas-batas
primodial manusia merupakan batas-batas modern dewasa ini yang menghantui
manusia yang masih berfikir waras berdasarkan trilogy common sanse. Prof.
Bennett merumuskan nilai inti pendidikan multikultural dengan gambar di bawah
ini:
Niali-nilai inti dari tujuan
pendidikn multikultural
Dalam
gambar tersebut terdapat empat nilai inti dari pendidikan multikultural yaitu:
(a)
Apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dimasyarakat,
(b)
Pengakuan terhadap harkat dan hak Asasi manusia,
(c)
Pengembangan tangung jawab masyarakat dunia dan.
(d)
Pengembangan tangung jawab manusia terhadap bumi.
Berdasarkan nilai-nilai inti tersebut terdapat enam
tujuan yang berkaita dengan nilai-nilai inti tersebut, yaitu:
Pertama,mengembangkan persepektif sejarah yang
beragam dari kelompok-kelompok masyarakat (etnohistorisitas).
Kedua, memperkuat kesadaran budaya yang hidup
di masyarakat.
Ketiga, memperkuat kompetisi interkultur dari
budaya-budaya yang hidup di masyarakat.
Keempat, membasmi rasisme, seksisme,
kastaisme, dan berbagai jenis prasangka (prejudice). Kelima, mengembagkan
kesadaran atas kepemilikan planet bumi. Keenam, mengembangkan
ketrampilan aksi sosial (social action).
Mengenai fokus pendidikan multikultural, H.A.R
Tilaar mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokusnya
tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial, agama dan kultural
domain atau mainstream. Fokus seperti ini akan menjadi tekanan pada pendidikan
interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi
individu-individu yang berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya
mainstream yang dominan, yang pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari
kelompok minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream. Pendidikan
multikultural sebenarnya merupakan sikap peduli dan mau mengerti atau politics
of recognition politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok
minoritas.
Dalam
konteks itu, pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar
bahwa sikapindiference danNon-recognition tidak hanya berakar dari
ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup
subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan
keterbelakangan kelompok-kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial,
budaya, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Paradigma seperti ini akan mendorong tumbuhnya
kajian-kajian tentang ethnic studies untuk kemudian menemukan
tempatnya dalam kurikulum pendidikan sejak dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Tujuan inti dari pembahasan tentang subjek ini adalah untuk mencapai
pemberdayaan (empowerment) bagi kelompok-kelompok minoritas dan disadventaged.
Tiga akal tersebut adalah dimensi ontology,
epistimologi dan aksiologi. Ontologi : cabang metafisika yang membicrakan watak
realitas tertinggi atau wujud (being) epistimologi:cabag dari filsafat yang
meyakini sumber-sumber serta pengetahuan-pengetahuan. Aksiologi: penyelidikan
terhadap nilai-nilai/martabat dan tindakan manusia (cabag dari filsafat) .
(Kamus Ilmiyah Popular : Pius A Partanto, M Dahlan Al Barry).
0 comments