PAK dalam Konteks Masyarakat Multikultural di Indonesia

 PAK dalam Konteks Masyarakat Multikultural di Indonesia



PAK secara tidak langsung telah dihadapkan kepada masyarakat multikultural. Masyarakat yang memiliki berbagai latar belakang sosial, budaya, ras, etnis, agama, bahasa, dan ekonomi. Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman manusia adalah realita yang ada, dalam masyarakat multikultural di Indonesia.


Keragaman merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, yang tidak bisa kita hindari. Maka penulis mengawali dalam pembahasan ini dengan bertanya, mengapa kita beragam? Bila kita menyakini bahwa Allah itu Maha pencipta, maka kita akan meyakini juga bahwa keragaman umat manusia di dunia ini adalah ciptaan Allah (Agustian, 2015: 34). Allah menciptakan manusia yang berbeda-beda, meskipun berbeda-beda tapi tetap sama dalam satu ciptaan Allah. Corak di Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika bukan hanya keanekaragaman suku bangsa saja melainkan juga menyangkut tentang keanekaragaman budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, etnis atau kelompok sosial, kepercayaan, agama, dan kebudayaan yang berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lain yang mendominasi khazanah budaya Indonesia. Dengan semakin beraneka ragamnya masyarakat dan budaya, setiap individu masyarakat memiliki keinginan yang berbeda-beda. Orang-orang dari daerah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda, struktur sosial, dan karakter yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda dengan cara berpikir dalam menghadapi hidup dan masalahnya. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dan berpecahan yang hanya berlandaskan emosi di antara individu masyarakat.

Keragaman budaya bangsa Indonesia selain indah dan dapat dibanggakan tetapi juga sangat potensial terjadinya konflik. Konflik atau permasalahan yang sering terjadi di Indonesia disebabkan adanya emosi di antara gerakan-gerakan yang dilakukan oleh penganut agama, adanya prasangka dan diskriminasi terhadap salah satu agama, adanya pemaksaan kehendak oleh penganut agama dan fanatisme sempit penganut agama. 

Stereotip satu kelompok penganut agama terhadap kelompok lainya semakin mengakar bersamaan dengan permusuhan yang diperlihatkan seperti saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru masing-masing, dan sebagainya. Tilaar mengatakan agama tidak lagi dianggap suatu anugerah Illahi yang mempersatukan umat manusia, tetapi cenderung dijadikan sebagai suatu pemisah dari suatu kelompok dengan kelompok yang lain. Agama sudah tidak dijadikan lagi pedoman dalam hidup manusia, malah dijadikan sumber konflik bagi manusia (Agustian 2015: 36).

Adanya keragaman bangsa Indonesia yang memiliki keragaman kebudayaan yang dibawa oleh banyak suku, dan adat istiadat yang tersebar di seluruh Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke kita telah mengenal suku majemuk, seperti suku Jawa, Madura, Batak, Dayak, Asmat, dan lainya. Semua itu memiliki keunggulan tradisi yang berbeda satu dengan yang lain. Dari melihat banyaknya keragaman bangsa Indonesia ini apakah yang menjadi faktor perpecahan ataukah justru menjadi persatuan suatu bangsa. Dalam melihat hal ini yang harus diwaspadai adalah munculnya perpecahan etnis, budaya, dan suku dalam tubuh bangsa kita (Suryana dan Rusdiana, 2015:104).


Dalam melihat konteks Bangsa kita Indonesia yang beragam, seharusnya masyarakat Indonesia bersatu dalam satu Bangsa ialah Indonesia. Persatuan atau kebersamaan ini lebih penting untuk membangun majunya Bangsa Indonesia. Karena ketidakadaannya persatuan dan kesatuan, maka Bangsa Indonesia akan sulit untuk maju. 

Seharunya masyarakat juga paham tentang bangsa kita ini yang beragam atau multikultural. Supaya masyarakat memahami setiap etnis, suku, budaya, agama, dan kelas sosial lainnya. Dengan ini masyarakat akan rentan dengan adanya masalah atau isu-isu mengenai hal tersebut. Ketika masyarakat paham dengan adanya multikultural dalam bangsanya dan memahaminya, maka masyarakat akan bisa hidup berdampingan, saling menghargai, terbuka, dan toleran, tanpa membeda-bedakan latar belakangnya.

0 comments